5 Data dan Fakta Unik Bahasa di Kabupaten Jember

Data dan Fakta Unik Bahasa di Kabupaten Jember sebagai Kabupaten Pandhalungan


Jember adalah salah satu kabupaten di bagian timur Jawa Timur. Berbatasan dengan Bondowoso, di sebelah utara, Banyuwangi di sebelah timur, dan Lumajang di sebelah barat. Sebagian besar batas utara Kabupaten Jember merupakan wilayah gunung Argopuro. Sementara batas selatan adalah laut Samudera Hindia.


Jember adalah kota baru, usianya jauh lebih muda dibandingkan dengan kota kabupaten lain di sekitarnya. Hal ini karena, Jember tidak pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan-kerajaan di masa lampau. Meskipun ada yang menyebut bahwa, dahulu ada Pangeran Puger di Kerajaan Sadeng (sekarang menjadi wialayah kecamatan Puger). Namun karena sangat minim sumber literasi dan bukti eksistensi kerajaan tersebut, maka keberadaan Kerajaan ini tidak dikaitkan sebagai asal-usul pemerintahan di Jember.

Jember dan Bahasanya yang Unik 

Keengganan menjadikan Kerajaan Sadeng sebagai tonggak awal berdirinya Kabupaten Jember juga berkaitan dengan fakta bahwa, Kerajaan Sadeng adalah kerajaan kecil yang takluk kepada Pemerintahan Kerajaan Majapahit. Tentu tidak ingin mengakui sebagai negara jajahan. Meskipun miris juga mengingat yang dijadikan dasar sebagai tahun lahirnya Jember justru surat ketetapan pemerintah kolonial Belanda alias penjajah.

Jika pemerintah Jember serius menggali sejarah, mungkin dasar penentuan hari lahir Jember bisa diubah. Akan tetapi, jelas ini bukan perkara mudah. Pasti membutuhkan kerja keras dan dana yang tidak sedikit.

Seperti disebutkan di atas Jember adalah wilayah baru, maka Jember dihuni oleh pendatang dari beberapa daerah. Baik dari daerah sekitar, maupun daerah jauh, dari Jawa Tengah. Maka dari itu, adanya akulturasi budaya dan bahasa ini memunculkan hal-hal unik tentang bahasa di Jember.

1. Ada 2 Bahasa Daerah Utama di Jember

Pendatang di Jember, sejak dulu kala ketika baru dibuka oleh penjajah Belanda sebagai wilayah perkebunan, berasal dari wilayah yang berbahasa Madura (Pesisir utara Jawa Timur bagian timur), dan wilayah yang menuturkan bahasa Jawa, yaitu  dari Jawa Tengah.

Maka dari itu, masing-masing pendatang membawa serta bahasa daerah masing-masing. Hingga kini, bahasa daerah yang ada di Jember adalah Bahasa Madura dan Bahasa Jawa. Sebagian besar penutur Bahasa Madura menempati bagian utara dan timur Jember. Sebagian besar penutur Bahasa Jawa ada di bagian selatan Jember.

Kedua bahasa daerah ini masih digunakan dan dipertahankan. Baik dalam percakapan sehari-hari maupun sebagai bahasa pengantar pendidikan di pesantren, maupun pengantar dalam Khotbah Jumat.

Pada umumnya, masyarakat Jember bisa menuturkan kedua bahasa daerah tersebut. Jika pun tidak bisa menuturkan, sebagian besar masyarakat Jember yang berbahasa Jawa mengerti bahasa Madura tapi tidak bisa menggunakannya. Begitu juga sebaliknya, penutur bahasa Madura mengerti bahasa Jawa tapi tidak dapat menuturkannya.

2. Osing adalah Dialek Bahasa yang Digunakan di Jember

Osing adalah sebuah dialek bahasa, sebagaian lain menyebut bahwa Osing adalah sebuah bahasa. Pendapat yang mengatakan Osing adalah sebuah dialek karena struktur, kaidah, dan kata yang diguanakan dalam dialek Osing adalah struktur, kaidah, dan kata bahasa Jawa. Sebagian bahasa Jawa Kuno. Maka, Osing sebagai dialek lebih kuat alasannya daripada yang menyebut bahwa Osing adalah sebuah bahasa.

Dialek Osing identik dengan Kabupaten Banyuwangi. Tetapi dialek Osing juga digunakan dan dituturkan oleh sebagian penduduk Jember. Dialek Osing bertahan di Jember melalui beberapa saluran. Lagu dengan dialek Osing sangat akrab di telinga warga Jember, bahkan menjadi lagu favorit.

Artis-artis dari Banyuwangi yang menyanyikan lagu dengan dialek Osing yang sedang ngetop dipastikan juga ngetop di Jember.

Tidak hanya melalui lagu-lagu yang beredar di masyarakat, sebagian radio di Jember juga siaran dalam dialek Osing. Biasanya siaran Osing ini khusus untuk acara yang memutar lagu-lagu dengan dialek Osing juga.

Kata dan istilah Osing juga sering dituturkan dalam bahasa sehari-hari. Mengintervensi penggunaan bahasa Jawa atau Madura. Jadi, ada campur kode.

3. Ada Dialek dari Daerah Lain (Bojonegoro)

Dialek bojonegoroan terlihat jelas masih eksis dan digunakan oleh penutur bahasa Jawa di Desa Sukamakmur Kecamatan Ajung, tepatnya di Dusun Curah Rejo. Di dusun ini, penutur bahasa Jawa menggunakan bentuk penyingkatan dan kata ganti yang khas.

Contoh: Aku teko nggonem

Dalam bahasa Jawa yang umum, dituturkan aku teko nggonmu (panggonmu) artinya aku dari rumahmu. Penggunaan kata ganti em merupakan dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Bojonegoro. Bentuk lainnya adalah:
 Pak em – Pak mu
Mak em – Mak mu

Dan seterusnya...

4. Terjadi Campur Kode Madura Jawa

Persinggungan yang sangat kental dan erat antara penutur Bahasa Jawa dan Penutur Bahasa Madura mengakibatkan adanya campur kode. Yaitu masuknya kode tertentu dari bahasa lain ke dalam  bahasa yang digunakan.

Misalnya, ada penutur bahasa Jawa sedang mengucapkan bahasa Jawa, tetapi ada istilah dalam bahasa madura yang digunakan. Ini namanya campur kode.

Contoh Campur kode bahasa di Jember ada dalam Artikel: Cek Bagusnya

5. Muncul istilah ‘Bahasa Jemberan’

Sebenarnya bahasa Jember tidak ada. Yang dimaksud dengan bahasa Jemberan adalah bahasa Indonesia yang dituturkan di Jember dengan kekhasannya karena ada campur kode bahasa Madura. Campur kode atau percampuran penggunaan istilah dan susuanan bahasa Madura dalam bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang Jember memiliki kekhasan.

Misalnya: Kamu mak gitu.

Kata mak dalam kalimat di atas bukan mak dalam bahasa Jawa, tetapi mak dalam bahasa Madura yang semakna dengan kata kok. Jadi, kamu mak gitu artinya kamu kok gitu.

Pencampuran kode bahasa seperti itu massif di gunakan oleh orang Jember, khususnya orang Jember di pusat kota yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia tetapi dipengaruhi oleh bahasa daerah.

Contoh lain campur kode dalam bahasa Jemberan adalah sebagai berikut:

Jember itu cek bagusnya yaa...

Kata cek bagusnya artinya adalah sangat bagus. Susunan Cek ..... nya ini yang khas Jember. Yang disebut dengan bahasa Jemberan.

Tidak hanya campur kode dalam bahasa Indonesia, bentuk cek .... nya juga bisa masuk dalam bahasa Jawa,

Contoh: Jember iku cek apike.

Cek.... e dalam kalimat bahasa Jawa di atas sama dengan bentuk cek .... nya dalam bahasa Indonesia. Bahasa Jawa umumnya ditulis atau diucapkan Jember iku apik banget.

Sepertinya susunan ini tidak ada di tempat lain, maka disebut dengan bahasa Jemberan.



Sekian penjelasan data dan fakta unik bahasa yang ada di Jember. Mungkin ada dialek lain yang khas Jember dan masih belum tercantum dalam tulisan ini, bisa ditambah ya.... 

Previous
Next Post »